Pengertian Kebudayaan Secara naluriah, manusia selalu didorong untuk memelihara
kelangsungan hidup, memiliki rasa ingin tahu, keinginan untuk hidup secara lebih
baik, dan sebagainya. Oleh karena itu manusia menggunakan kemampuan akalnya
untuk membudayakan diri dan memanfaatkan ligkungan sekitarnya. apakah kalian
sudah mengerti, apakah yang dimaksud dengan kebudayaan itu?
Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan merupakan
keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Pengertian
di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh tindakan manusia merupakan kebudayaan
karena memang sangat sedikit dari tindakan manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat
yang tidak diperoleh melalui belajar. Beberapa tindakan manusia yang diperoleh
dengan tanpa melalui belajar di antaranya adalah beberapa tindakan yang
bersifat naluri atau refleks, beberapa tindakan akibat proses fisioplogi, atau
beberapa tindakan yang dilakukan dalam keadaan kalap (membabi buta).
Ditinjau dari segi peristilahan, kata kebudayaan berasal
dari bahasa Sansekerta, yakni buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
yang berarti akal. Mengacu pada istilah ini, maka kebudayaan dapat diartikan
dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Namun demikian, ada juga ahli
lain yang menganalisis bahwa kata budaya merupakan perkembangan dari kata
majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi. Atas dasar pemikiran ini, maka
antara budaya dengan kebudayaan mengandung pengertian yang berbeda. Budaya
merupakan daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa. Sedangkan kebudayaan
merupakan hasil dari cipta, rasa, dan karsa.
Dengan kemampuan akalnya manusia dapat memanfaatkan dan
mengolah sumber daya alam untuk melangsungkan kehidupannya Cipta merupakan
bagian dari jiwa manusia yang bersifat abstrak yang merupakan pusat dari
intelegensi manusia. Cipta inilah yang akan menghasilkan aneka macam ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Rasa
merupakan bagian jiwa manusia yang
bersifat abstrak yang merupakan pusat dari segala macam pertimbangan keras-lemah,
baik-buruk, indah-tidak indah, dan lain sebagainya. Rasa inilah yang akan menghasilkan
aneka macam sistem nilai, sistem norma, estetika, untuk selanjutnya berkembang menjadi
adat istiadat. Sedangkan karsa merupakan bagian jiwa yang bersifat abstrak yang
merupakan pusat dari segala macam kehendak dan nafsu. Kehendak sangat
berfariasi dan jumlahnya sangat banyak. Semakin tinggi tingkat peradaban
manusia, biasanya juga akan semakin tinggi pula kehendak yang dimilikinya. Sementara,
pada masyarakat yang masih terbelakang, biasanya tidak memiliki kehendak yang
bermacam-macam.
Perlu dibedakan antara pengertian kebudayaan dengan pengertian
peradaban. Peradaban yang dalam istilah Inggrisnya adalah civilization biasanya
dipakai untuk menyebut bagianbagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus,
maju, dan indah, seperti kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun
pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Istilah
peradaban sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai
sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan lain sebagainya.
Manusia memiliki daya cipta, rasa, dan karsa sehingga
memungkinkan untuk mengolah dan memanfaatkan lingkungan sekitarnya guna menjaga
kelangsungan kehidupannya.
Unsur Unsur
kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan terdiri dari tiga wujud,
yaitu: (1) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2) wujud kebudayaan
sebagai suatu kompkleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat, dan (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud yang pertama disebut juga dengan kebudayaan ideal
karena merupakan wujud yang bersifat abstrak karena terdapat di dalam kepala
atau di dalam pikiran manusia, tidak dapat diraba maupun dilukis. Namun
demikian, isi pikiran manusia tersebut dapat dituangkan dalam bentuk
karangan-karangan atau buku-buku hasil karya yang dapat disimpan di
perpustakaan, disk, koleksi microfilm, dan sebagainya. Alam pikiran manusia merupakan
suatu sistem yang saling berkaitan satu sama lain yang dikenal dengan istilah
sistem budaya atau cultural system. Istilah yang tepat dalam bahasa
Indonesianya adalah adat atau adat-istiadat. Wujud yang kedua dikenal juga
dengan istilah sistem sosial atau social system. Sistem sosial merupakan suatu
tindakan berpola dari manusia itu sendiri yang terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia dalam berinteraksi dan bergaul satu sama lain yang berlangsung dari
waktu ke waktu.
Sistem sosial ini bersifat nyata sehingga dapat diamati dan
dapat didokumentasikan. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut juga dengan kebudayaan
fisik (artifacts), yakni seluruh hasil aktivitas, hasil perbuatan, dan hasil
karya manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, wujud ketiga ini
merupakan wujud yang paling nyata yang dapat diamati dan dapat diraba.
Dalam kehidupan bermasyarakat, ketiga wujud kebudayaan
tersebut tidak dapat dipisahpisahkan satu sama lain. Kebudayaan ideal dan adat
istiadat mengatur dan sekaligus member pedoman terhadap segala tindakan dan
karya manusia. Selanjutnya, gagasan-gagasan, tindakan- tindakan, dan karya
manusia akan menghasilkan benda-benda yang merupakan bentuk fisik dari
kebudayaan itu sendiri. Sebaliknya, kebudayaan fisik yang telah dihasilkan akan
membentuk lingkungan hidup tersendiri yang akan mempengaruhi pola-pola berpikir
dan pola-pola perilaku bagi masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.
Substansi Kebudayaan
Macam-Macam
Substansi Kebudayaan
Secara umum setiap sistem budaya memiliki substansi yang di
antaranya berupa pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi,
dan etos ekerja. Beberapa unsur kebudayaan tersebut sangat berpengaruh bagi
terbentuknya kepribadian.
- Pengetahuan. Pengetahuan dapat dikatakan sebagai dugaan-dugaan (hipotesa) yang telah teruji kebenarannya, baik melalui teori-teori tertentu maupun melalui pengalaman langsung dalam kehidupan nyata. Misalnya: air akan mendidih pada suhu 100 derajat Celsius, angin bertiup dari tekanan udara yang tinggi menuju tekanan udara yang rendah, pada musim penghujan berbagai macam tanaman akan tumbuh dengan subur, rajin pangkal pandai hemat pangkal kaya, dan lain sebagainya. Manusia sangat memerlukan pengetahuan dalam melangsungkan kehidupannya.
- Nilai. Nilai merupakan segala sesuatu yang dianggap berharga, dianggap baik, dan dianggap benar yang telah diterima dan disepakati bersama dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya, nilai tersebut dijadikan pedoman oleh setiap warga masyarakat dalam melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari. Prof. Notonegoro mengklasifikasikan nilai menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Nilai Material. Nilai material merupakan nilai yang terkandung dalam suatu benda karena memiliki kegunaan sebagai bahan pembuatan barang tertentu, seperti pasir, batu, tembaga, emas, batu bara, dan sebagainya. 2. Nilai Vital. Nilai vital adalah nilai yang terkandung di dalam suatu benda sebagai akibat dari kegunaan atau fungsi yang ditimbulkan dari benda yang bersangkutan. Misalnya: gergaji memiliki nilai untuk memotong kayu, kapak memiliki nilai untuk membelah kayu, kendaraan memiliki nilai sebagai alat transportasi, kalkulator memiliki nilai sebagai mesin hitung, dan sebagainya. 3. Nilai Spiritual. Nilai spiritual adalah nilai yang terkandung di dalam jiwa manusia. Nilai spiritual ini bersifat abstrak yang meliputi nilai religius, nilaiestetika, dan nilai moral. Nilai religious merupakan nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalam suatu ajaran agama atau kepercayaan tertentu. Nilai estetika merupakan nilai keindahan yang terdapat dalam suatu benda. Sedangkan nilai moral merupakan nilai mengenai baik buruknya perilaku manusia.
- Pandangan Hidup. Pandangan hidup merupakan suatu prinsip yang dianut oleh seseorang atau sekelompok orang. Pandangan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman hidup yang dimiliki. Sifat dari suatu pandangan hidup sangat abstrak karena hanya terdapat di dalam jiwa manusia. Namun demikian, pandangan hidup tersebut sangat berpengaruh terhadap persepsi, sikap, dan perilaku seseorang. Pada masyarakat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai pandangan hidup bangsa, artinya Pancasila telah tumbuh dan berkembang pada masyarakat Indonesia sehingga menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
- Kepercayaan. Kepercayaan merupakan pandangan hidup yang telah menyatu dan mendarah daging pada diri manusia, baik secara individual maupun secara kolektif, sehingga menjadi dasar dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku. Dikaitkan dengan kehidupan keagamaan, kepercayaan diimplementasikan dalam bentuk iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks seperti ini, kepercayaan akan berkembang secara sistematis dengan para pengikut yang fanatis.
- Persepsi. Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu hal. Antara orang yang satu dengan orang yang lain tidak selalu memiliki persepsi yang sama terhadap suatu hal. Hal ini disebabkan karena adanya perb edaan sudut pandang yang dimiliki oleh masingmasing orang. Biasanya persepsi akan tampak dalam bentuk perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang.
- Etos Kerja. Penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seperti di atas menunjukkan adanya etos kerja yang tinggi Etos kerja merupakan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh seseorang dalam hubungannya dengan semangat kerja. Etos kerja seseorang dipengaruhi dua faktor, yaitu: (a) faktorb lingkungan budaya, dan (2) faktor potensi individual.
Perubahan
Masyarakat dan Kebudayaan
Kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat bersifat
universal, artinya masyarakat pada tingkatan apapun pasti memiliki struktur
budaya tertentu sebagai hasil pergaulan hidup dan sekaligus sebagai hasil dari
proses pembelajaran. Struktur budaya yang telah dimiliki tersebut akan
dilaksanakan, dipertahankan, dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Makin
rasional pola pemikiran yang dimiliki oleh masyarakat, maka kebudayaannya pun
akan berkembang sesuai dengan pola pikir yang rasional sehingga jumlah dan
jenis kebudayaan akan semakin banyak, semakin lengkap, semakin efisien, dan semakin
efektif. Namun demikian, pada dasarnya setiap budaya memiliki sifat-sifat yang
relatif sama, yakni: (1) dimiliki bersama oleh suatu kelompok masyarakat, (2)
budaya cenderung bertahan dan berubah sesuai dengan situasi yang dialami oleh
masyarakat yang bersangkutan, (3) budaya berfungsi membantu manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidup (kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan
psikologis) sebagai hasil adaptasi dan upaya manusia dalam memanfaatkan dan
mengolah lingkungan, dan (4) budaya diperoleh melalui proses belajar dalam
kehidupan masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Seperti yang disebutkan di atas bahwa salah satu sifat
kebudayaan adalah senantiasa berubah, baik struktur sosial maupun struktur
budayanya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya
perubahan suatu kebudayaan adalah sebagai berikut:
- Kondisi lingkungan alam. Lingkungan alam meliputi iklim, kondisi tanah, kondisi flora dan fauna, letak geografis, dan sebagainya. Makin potensial dan makin strategis suatu lingkungan alam (sebagai permukiman) akan semakin mendukung terhadap terjadinya proses perubahan. Hal ini dimungkinkan karena lingkungan alam yang potensial dan strategis akan menjadi jaminan bagi keberlanjutan kehidupan dan kreativitas masyarakat yang menempatinya.
- Kondisi sosiografis. Kondisi sosiografis merupakan suatu gambaran tentang penduduk yang meliputi jumlah dan kualitasnya. Makin besar jumlah penduduk dan makin tinggi kualitasnya akan mempercepat terjadinya proses perubahan pada masyarakat tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit jumlah penduduk dan semakin rendah kualitasnya akan berdampak pada lambatnya proses perubahan pada masyarakat tersebut.
- Kondisi hubungan antarmasyarakat. Perubahan kebudayaan juga bisa disebabkan oleh faktor frekuensi hubungan antarmasyarakat. Semakin tinggi frekuensi hubungan antarmasyarakat akan mempercepat terjadinya proses perubahan. Sebaliknya, semakin rendah frekuensi hubungan antar- masyarakat akan membuat proses perubahan berjalan secara lamban.[am]